Quantcast
Channel: Travel Umrah Dena Tour & Travel Jakarta, ID
Viewing all articles
Browse latest Browse all 50

10 Hari Amalan Wajib dan Sunnah di bulan Dzulhijjah

$
0
0
Haji dan Umrah Amalan Wajib di Bulan Dzulhijjah.
Bulan Haji dan Umrah. Inilah amalan-amalan wajib dan sunnah di sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah dan Hari Raya Idul Adha.



========================================================================

Informasi Paket Umroh Desember 2015 Biaya $ 1799 (quad)
Hubungi: Sri Yanti 021 98913140 / 085210056475 atau WA 081806866617 ========================================================================
Amalan-amalan wajib dan sunnah di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dan Hari Raya Idul Adha

1. Haji dan Umrah
Bulan ke-12 dalam kalender hijriah disebut Dzulhijjah karena di bulan inilah dilaksanakannya ibadah haji.
Haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” [QS. Ali Imran: 97]

2. Memperbanyak amal shaleh
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda :
Tiada hari-hari yang amalan shaleh di dalamnya lebih dicintai oleh Allah daripada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.” Para sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, tidak pula jihad di jalan Allah ? ”Rasulullah shallallahu alaihi wassalam menjawab : “Tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali seorang yang berangkat dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak ada yang kembali sedikit pun. “ [HR al-Bukhari no. 969, at-Tirmidzi no. 757, Abu Dawud no. 2438, Ahmad no 1968, dll. Lafadz ini dari riwayat at-Tirmidzi]
Dan amal shaleh dalam hadits ini umum mencakup puasa, shalat, dzikir, membaca al-Qur’an, bersedekah, dll.

3. Tidak memotong atau mencabut rambut, kulit dan kuku bagi yang akan berkurban
Dari Ummu Salamah radhiallahu anha, Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda:
Jika telah masuk sepuluh hari pertama Dzulhijjah dan salah seorang dari kalian ingin berkurban, maka janganlah ia mengambil rambut dan kulitnya sedikitpun.” [HR. Muslim no. 1977]
Dalam riwayat Muslim lainnya :
Barangsiapa yang memiliki hewan kurban untuk disembelih, apabila hilal Dzulhijjah telah terlihat maka janganlah ia mengambil rambut dan kukunya sedikitpun sampai ia menyembelih kurbannya.” [HR. Muslim no. 1977]
Hukum ini khusus bagi orang yang berniat ingin berkurban, adapun yang selainnya tidak dilarang.

4. Memperbanyak Takbir
Ibnu Umar dan Abu Hurairah keluar ke pasar pada 10 hari (pertama) Dzulhijjah sambil bertakbir dan orang-orang pun bertakbir bersama dengan takbir mereka berdua.” [Diriwayatkan al-Bukhari secara mu’allaq dalam Shahihnya, al-Fakihi dalam Akhbar Makkah no. 1704 dengan sanad yang bersambung. Dishahihkan  al-Albani dalam al-Irwa’ no. 651]
Ada beberapa riwayat dari shahabat tentang takbir dari setelah shalat shubuh sampai setelah shalat ashar di akhir hari tasyriq. Di antaranya dari Ali radhiyallahu anhu :
Bahwasanya beliau bertakbir setelah shalat shubuh pada hari Arafah sampai shalat ashar di akhir hari tasyriq dan beliau bertakbir setelah ashar.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah no. 5631, dishahihkan al-Albani dalam al-Irwa’ dalam pembahasan hadits no. 653]
Ibnu Qudamah berkata dalam al-Mughni 2/292:
Imam Ahmad rahimahullah ditanya : “dengan hadits mana engkau berpendapat bahwa takbir itu dari shalat fajar di hari Arafah sampai akhir hari tasyriq?” beliau menjawab: “dengan Ijma’ Umar, Ali, Ibnu Abbas, dan Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhum.”
Diriwayatkan dari Ibrahim an-Nakha’i (tabi’in), ia berkata:
 “Mereka dahulu bertakbir pada hari Arafah dan salah seorang dari mereka menghadap kiblat di akhir shalat dengan mengucapkan : Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallahu wallahu akbar, Allahu akbar wa lillaahil hamd.” [Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya no. 5650, dishahihkan oleh syaikh Abul Hasan as-Sulaymani dalam Tanwirul Ainain bi Ahkamil Adhahi wal Iedain hal. 290]
Namun “mereka” yang dimaksud oleh Ibrahim an-Nakha’i dalam riwayat di atas tidak dijelaskan siapa, kemungkinannya bisa berarti para shahabat atau para tabi’in.
Lafadz Takbir:
Ada beberapa lafadz takbir yang diriwayatkan dari para shahabat dan dishahihkan oleh syaikh al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil 1/125-126:
Lafadz takbir Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu :
 “Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallahu wallahu akbar, Allahu akbar wa lillaahil hamd.” [Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya no. 5651]
 “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallahu wallahu akbar, Allahu akbar wa lillaahil hamd.” [Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya no. 5633]
Lafadz Takbir Ibnu Abbas radhiyallahu anhu :
 “Allahu akbar kabira, Allahu akbar kabira, Allahu akbar wa ajal, Allahu akbar wa lillaahil hamd.” [Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya no. 5646]
Dan beberapa lafadz lainnya. Dan yang perlu diingat bahwa takbir dilakukan sendiri-sendiri, bukan berjama’ah dengan satu suara.

5. Puasa Arafah Pada Tanggal 9 Dzulhijjah
Dari hadits Abu Qatadah al-Anshari, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ditanya tentang puasa Arafah, beliau menjawab :
“Puasa Arafah menggugurkan dosa setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang.” [HR. Muslim no. 1162, Ahmad no. 22621, an-Nasa’i dalam al-Kubra no. 2826, dll]

6. Shalat Idul Adha di Lapangan bersama Kaum Muslimin
Mandi Sebelum Berangkat
Disunnahkan mandi sebelum berangkat shalat ied, berdasarkan atsar-atsar berikut ini:
Dari Zadzan, seseorang bertanya kepada Ali radhiyallahu anhu tentang mandi, maka Ali menjawab: “Mandilah setiap hari jika kamu mau.” Ia menjawab: “(maksudku) mandi yang benar-benar mandi ?” Ali radhiyallahu anhu menjawab: “Hari Jum’at, hari Arafah, hari Idul Adha, dan hari Idul Fitri.” [HR. asy-Syafi’i dalam Musnadnya no. 988 dan al-Baihaqi dalam al-Kubra no. 6124, dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa` 1/176-177]

Dari Muhammad bin Ishaq, ia berkata: aku bertanya kepada Nafi’:
 “Apa yang dilakukan Ibnu Umar pada hari ied ? ” ia menjawab: “beliau shalat shubuh bersama imam kemudian pulang ke rumahnya, lalu mandi seperti mandi janabah dan memakai pakaiannya yang paling bagus serta memakai wewangian yang ada padanya, kemudian beliau keluar mendatangi mushalla (lapangan shalat Ied) lalu duduk sampai imam datang. Ketika imam telah datang, beliau shalat bersamanya. Setelah selesai beliau kembali dan mampir ke masjid Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan shalat dua raka’at di sana, lalu pulang ke rumahnya.” [Diriwayatkan al-Harits bin Muhammad dalam Baghiyatul Bahits ‘ala Zawa’id Musnad al-Harits no. 207, dihasankan oleh syaikh Abul Hasan as-Sulaymani dalam Tanwirul Ainain bi Ahkamil Adhahi wal Iedain hal. 29]
Tidak makan sebelum shalat Iedul Adha.

Dari hadits Buraidah radhiyallahu anhu, ia berkata:
“Rasulullah shallallahu alaihi wassalam tidak berangkat shalat pada hari raya Idul Fithri sebelum makan, dan beliau tidak makan pada hari raya Idul Adha sampai selesai shalat.”
[HR. at-Tirmidzi no. 542, al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah no. 1104. Dishahihkan al-Albani dalam Misykah al-Mashabih no. 1440]
Jalan kaki menuju lapangan shalat Ied
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu berkata:
 “Termasuk perbuatan sunnah, kamu keluar mendatangi shalat ied dengan berjalan kaki”. [HR.At-Tirmidzy dalam As-Sunan (2/410); dihasankan al-Albani dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi (530)]
Abu ‘Isa At-Tirmidzy- rahimahullah-berkata dalam Sunan At-Tirmidzy (2/410), “Hadits ini diamalkan di sisi para ahli ilmu. Mereka menganjurkan seseorang keluar menuju tempat shalat ied dengan berjalan kaki”.

Menuju lapangan shalat ied sambil bertakbir
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma:
 “Rasulullah shallallahu alaihi wassalam berangkat shalat pada dua hari Ied bersama al-Fadhl bin Abbas, Abdullah bin Abbas, al-Abbas, Ali, Ja’far, al-Hasan, Husain, Usamah bin Zaid, Zaid bin Haritsah, dan Aiman bin Ummi Aiman sambil mengucapkan tahlil dan takbir dengan mengangkat suaranya, beliau berangkat melewati jalan al-Haddadiin sampai tiba di lapangan shalat Ied. Ketika telah selesai beliau pulang melalui jalan al-Hadzdzaiin sampai tiba di rumahnya.” [HR. Ibnu Khuzaimah no. 1341, al-Baihaqi dalam al-Kubra no. 6130. Hadits ini dinilai hasan li ghairihi oleh al-Albani dalam ash-Shahihah 1/330 dan al-Irwa’  3/123]
Mengucapkan tahni’ah “Taqabbalallahu minna wa minkum”
Ibnu Hajar mengatakan: “Kami meriwayatkan dalam Al-Muhamiliyyat dengan sanad yang hasan dari Jubair bin Nufair bahwa ia berkata: ‘Para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bila bertemu di hari Id, sebagian mereka mengatakan kepada sebagian yang lain:
 “Semoga Allah menerima (amal) dari kami dan dari kamu.” [Lihat pula masalah ini dalam Ahkamul ‘Idain karya syaikh Ali Hasan hal. 61, Majmu’ Fatawa, 24/253, Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/167-168]

Pulang melalui rute yang berbeda dengan rute berangkat.
Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata:
 “Nabi shallallahu alaihi wa sallam apabila di hari Id, beliau mengambil jalan yang berbeda.” [HR. Al-Bukhari no. 986]
Begitu pula dalam hadits yang telah disebutkan sebelumnya tentang berangkat shalat Ied sambil bertakbir:
 “beliau berangkat melewati jalan al-Haddadiin sampai tiba di lapangan shalat Ied. Ketika telah selesai beliau pulang melalui jalan al-Hadzdzaiin sampai tiba di rumahnya.” [HR. Ibnu Khuzaimah no. 1341, al-Baihaqi dalam al-Kubra no. 6130. Hadits ini dinilai hasan li ghairihi oleh al-Albani dalam ash-Shahihah 1/330 dan al-Irwa’  3/123]

7. Menyembelih hewan kurban setelah shalat Idul Adha
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda:
“Barangsiapa memiliki kelapangan (rizki) tapi tidak berkurban, janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” [HR. Ibnu Majah no. 3123, Ahmad no. 8273, ad-Daruquthni no. 4762, al-Hakim no. 7565, dll. Dihasankan oleh al-Albani dalam Takhrij Musykilatul Faqr no. 102]
Dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
 “Barangsiapa yang menyembelih sebelum shalat, berarti ia menyembelih hanya untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang menyembelih sesudah shalat, maka telah sempurnalah qurbannya dan sesuai dengan sunnahnya kaum muslimin.” [HR. al-Bukhari no. 5546]

8. Tidak berpuasa pada hari raya Iedul Adha
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata:
 “bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wassalam melarang puasa pada 2 hari: hari raya Idul Adha dan Idul Fithri.” [HR. Muslim no. 139, Malik 1/376, Ahmad no. 10634, Ibnu Hibban no. 3598, dll]
Demikianlah beberapa syi’ar Islam di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah atau bulan haji dan umrah, maka hendaknya kita mengagungkan syi’ar-syi’ar tersebut.

 “Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu menunjukkan ketakwaan hati.” [QS. Al-Hajj: 32]

Mari kita siapkan hati dan diri kita untuk berniat sungguh-sungguh agar bisa melaksanakan amalan-amalan tersebut dengan baik. Semoga Allah SWT selalau mengkaruniakan kesehatan kepada kita semua aamiin.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 50